Dear Papa … Dari, Si Sulung yang Keras Kepala dan Arogan

Hai, halo Pa … Apa kabar? Sulungnya Papa terus mengingat dengan lekat malam sehari setelah ulang tahun ke 25, kemudian Papa menitipkan Mama dan Adik, ke sulung yang bahkan masih begitu buta dengan kehidupan. Anak lain tengah merayakan ulangtahunnya dengan bahagia, sedang di malam itu … Sulung Papa justru tegang sekaligus membekap resah melihat garis di monitor detak jantung Papa.
Sampai detik ini, si sulung Papa belum mampu mendongakkan kepala menatap matahari pagi – ia masih bernapas dalam sesak, namun selalu mencoba untuk tersenyum dalam isak. Tapi Papa enggak perlu khawatir, yang tenang di sisi Tuhan, ya? Si sulung ini, akan tetap berjuang dan menggantikan tugas Papa menjaga keluarga.
Pa, ternyata bahasa cinta kami; anak sulung, enggak melulu tentang bicara I love you, atau dengan cara romantis lainnya. Kami, yang arogan dan egois, mencintai lewat sikap kami yang kadang antagonis. Boleh ya Pa, kami memeluk Papa dalam doa dengan pelukan rindu yang takkan pernah pudar? Enggak papa kan Pa, kami selalu berharap Papa menjaga kami dari sisi Tuhan, mengizinkan kami melanjutkan kehidupan dan menyelesaikan mimpi-mimpi sekaligus ribuan harapan yang Papa titipkan.
Salam rindu, si sulung masih belajar untuk jadi tulang punggung.