Psikofamily Novel - Kalantara (Rp. 65.000,-)

Kidung Semesta begitu resah di usianya yang ke 27, ia perempuan yang terobsesi untuk dicintai kembali oleh laki-laki dan menganggap bahwa kecantikan adalah hal mutlak dalam percintaan. Sepanjang hidupnya, beberapa kali dirinya mengejar laki-laki yang menurutnya, akan sanggup mencintainya – nyatanya segala cara hanya mengantarnya pada luka.

Enggak hanya perkara galau ala anak remaja atau curhatan alay bin lebay mirip isi medsos para pencari jodoh, kisah Kidung bukan cuma tentang  cinta. Ia yang terlahir dalam keadaan cacat fisik, mempertanyakan keadilan Tuhan, ketika satu saja keinginan yang berepetisi, enggak juga dikabulkan. Kidung mencari Tuhan, ia ingin mendapat jawaban, salah siapa dirinya terlahir berbeda, yang jelas-jelas akan menghambatnya mendapat pria yang bersedia mencintainya dengan segala kekurangannya.

Kidung yang seorang konsultan keluarga, semakin percaya bahwa jatuh cintanya laki-laki ke perempuan, sekadar melihat fisik. Titik. Waktu yang terus bergeser, tidak sedikit pun mampu melengserkan keyakinan Kidung yang terlanjur bertengger. Kidung bertaruh dengan dirinya sendiri, kalau ada seseorang yang mencintainya, maka ia akan mencintai sang Empunya Cinta. Ia juga mengajak Tuhan untuk taruhan.

Kidung kritis, tubuhnya memang sehat, tapi perempuan yang gila kerja ini nyaris ateis. Ia pernah sangat memercayai Tuhan – itu dulu, jauh sebelum laki-laki yang selalu dengan suara parau mengatakan bahwa, “Gusti Allah Mboten Sare. Allah enggak pernah tidur,” dilepasnya dengan ikhlas.

Di bagian cerita lain, dokter spesialis bedah plastik yang setengah mati berusaha melupakan mantan tunangannya, putus asa untuk urusan cinta. Kenang Giri Patembaya percaya Tuhan, tapi tidak bisa lagi menaruh harapan sekecil apa pun pada perempuan. Hari-hari Kenang hanya berisi penyesalan. Kidung, pasien yang dengan beraninya mengambil kepingan hati Kenang, mengobati koreng-koreng yang masih basah setelah Kenang ditinggal tanpa alasan apa pun oleh Atmaka, tepat dua minggu sebelum pernikahannya.

Bodohnya Kenang, ia selalu melihat Kidung sebagai Atmaka. Kenang menjebak Kidung dalam bayang-bayang masa lalunya, ketika Kidung sudah terlanjur merajut jalan masa depannya dengan Kenang. Kenang dengan egois menahan Kidung mencari bahagianya dengan laki-laki selain dirinya, ia membingkai bahagia sekaligus luka dalam hubungannya dengan Kidung. Kidung yang selalu berusaha berbahagia meski lukanya semakin menganga ketika dirinya tetap bersama Kenang, sempat berulang kali ingin membebaskan diri dari Kenang, tapi gagal.

Beberapa kali Tuhan mempertemukan Kidung dengan laki-laki selain  Kenang, Kidung sangat berharap bahwa pria itu akan membawanya pergi dari hubungan tanpa statusnya bersama Kenang. Dua laki-laki dalam waktu lima tahun, tetap bukan jalan bagi Kidung untuk pergi meninggalkan Kenang. Kidung serupa dikutuk Tuhan untuk selalu berbalik ke pelukan Kenang, meski Tuhan pasti mengerti bahwa Kidung sudah tidak lagi punya hati, sebab Kenang terlalu sering melukai dirinya.

Kendati keduanya merasa bahwa mereka berjodoh, mereka ragu untuk berkomitmen, hingga akhirnya saling menjauh. Kidung pergi mencari keberadaan Tuhan dengan melakukan banyak penelitian sekaligus perjalanan sendirian. Dan Kenang, mengalami kelainan orientasi seksual, ia biseksual dan hampir gay. Untungnya, Tuhan mempertemukan keduanya ketika mereka dalam keadaan sama-sama babak belur dan diambang hancur. Kidung melihat kebaikan Tuhan dalam cinta Kenang, dan Kenang pada akhirnya yakin bahwa ada tiga perempuan di dunia ini yang perlu ia jaga dan ia buat bahagia – perempuan itu : Ibunya, Kenes kakaknya, dan Kidung.

Bukankah untuk melihat cahaya, seseorang harus berdiri di kegelapan? Perkara cinta … Tuhan selalu menepati janjiNya, kan? Dan soal rupa, jika rupa selalu jadi penilaian utama, lantas hati diciptakan Tuhan untuk apa? Segalanya, cuma perkara waktu.

Segera terbit, psikofamily novel dari Dian Pertiwi Josua di Penerbit Philosovia. Ingin ikut menerbitkan karyamu tanpa diseleksi? Silakan kirim pertanyaan dan naskahmu ke karya@philosovia.com

Website | + posts